Dia Sedang Belajar Jujur


Suatu kali sepulang sekolah...
Aku melihat sebuah mainan di dalam tas si sulung. Seperti sebuah ujung stetoskop mainan. Tapi, seingatku, mainan tersebut belum pernah kulihat sebelumnya. Ini berarti, mainan itu bisa jadi bukan milik anakku. Ya, sudah. Nanti saja kutanyakan.

Sore hari...
Si Abang memamerkan mainan yang tadi kulihat di tasnya.
Abang: "Tadi Abang beli mainan ini pake uang warna ungu, yang Bunda kasih tadi." Maksudnya, uang Rp 10 ribu.
Bunda: "Lho, kan uangnya untuk ditabung di sekolah, Bang?"
Abang: "Iya, tapi Abang beli ini."
Bunda: "Berarti tadi Abang ga nabung, ya? Kok, di buku tabungannya ada ditulis nabung?"
Abang: (Mulai kebingungan, terus diam)
Bunda: "Mainannya beli di mana?" (Aku tahu pasti di sekolahnya tidak ada penjual apa pun, termasuk penjual mainan)

Aku tersenyum melihat sulungku bingung. Mungkin sedang memikirkan sesuatu. Akhirnya,
Abang: "Tadi Abang lagi maen balok-balokan di sekolah. Terus, pas Abang beresin mainan, yang ini masuk ke dalam tas Abang. Abang bingung, lho kok masuk. Bingung deh, hehe... Ya udah begitu.
Bunda: "Hehe..., jadi maksudnya Abang ga sengaja, ya, bawa mainan sekolah?"
Abang: "Iya."
Bunda: "Kalo gitu, besok mainannya dibalikin ke sekolah. Bilang sama Ibu Guru, Abang ga sengaja bawa mainannya."
Abang : "Tapi, Abang boleh ambil ga mainannya?"
Bunda:  "Wah, kalo itu harus izin dulu sama Ibu Guru, ya."

Sulungku mengangguk lagi tanda mengerti. Sepertinya dia ingin sekali memiliki mainan itu. Aku juga tak tahu pasti, apakah mainan itu terbawa tak sengaja atau anakku pengen lebih lama bermain dengan mainan itu, lalu mengarang cerita sendiri. Tapi minimal dia sudah mau bercerita padaku. Soal apakah semua ceritanya benar atau ada bohong-bohongnya sedikit, bagiku itu adalah proses pembelajaran yang baik untuk anakku. Yang jelas, aku yakin dia sama sekali tak bermaksud mengambil yang bukan haknya. Dia hanya belum memahami. Namun, aku harus memberi tahu apa yang menjadi miliknya dan mana yang bukan. Aku juga harus mencoba untuk menuntunnya agar senantiasa jujur. Tentu saja, mengajarinya dengan penuh cinta. Karena, anak-anak adalah cinta. Love u, boy.....

Comments

Popular posts from this blog

MENJEMPUT REZEKI

Pulang Kampuang (2)

BUNDA VS AYAH:)