Posts

Showing posts from June, 2013

Nyamannya Salat di Kota Kasablanka

Setiap ada keperluan di tempat umum di kota tercinta ini, selalu ada masalah untuk menemukan kamar kecil yang bersih, tempat menyusui, dan tempat parkir. Apalagi di tempat umum bernama mal atau pusat belanja, pas weekend pula. Dan yang paling menyedihkan, menurut saya, adalah sulitnya menemukan tempat salat yang bersih dan nyaman. Yang umum disediakan mal adalah "musala" ukuran 4×5 meter, di bagian pojok paling belakang bangunan mal, dengan sekat pembatas ala kadarnya. Mukena dan perlengkapan seadanya. Tempat berwudhu seadanya. Pokoknya serbaminimalis. Belakangan, memang ada beberapa mal yang mulai memperhatikan soal tempat menunaikan ibadah ini. Ukuran musalanya agak besar, meski masih berada di pojok yang paling belakang. Atau ada yang menyediakan tempat salat terbuka yang cukup luas, tapi bersebelahan langsung dengan parkir sepeda motor. Kebayang kan betapa berisik dan hebatnya polusi yang harus ditanggung saat salat. Aduh..... Tapi, saya menemukan kesyahduan, yang sanga

Belajar tanpa Anak

Baru saja, saya tercenung melihat iklan sebuah acara seminar parenting. Temanya bagus dan sangat pas dengan perkembangan terkini, tentang anak dan gadget. Tapi ada satu kalimat di bagian bawah yang membuat saya menarik nafas karena kecewa. "Tidak diperkenankan membawa anak". Sebuah persyaratan yang sungguh tak bisa dipenuhi oleh seorang ibu seperti saya, ibu dengan tiga balita. Artinya, mungkin seminar ini hanya ditujukan bagi orang tua yang: pertama, tidak punya anak; kedua, orang tua yang punya anak tapi bisa menitipkan anaknya kepada asisten atau nenek-kakek; ketiga, ibu yang tidak punya bayi yang harus menyusui atau yang menyusui tapi bisa memompa asi untuk si anak. Intinya lagi, seminar ini bisa diikuti oleh orang tua yang "tanpa anak". Sebesar apa pun ingin saya untuk belajar lewat seminar ini, saya takkan bisa memenuhi persyaratan itu. Kalau mau ikut, ya saya harus memikirkan cara untuk "mengesampingkan" anak-anak saya dulu. Teringat tentang cerit

Rapor Ceria Sang Juara

Image
Seru... Hari ini sulungku menerima laporan hasil belajarnya di sekolah. Tapi suasana yang terasa beda sekali dengan waktu diriku menerima rapor dulu. Waktu sekolah dulu, hari penerimaan rapor adalah hari yang sangat mendebarkan. Bagaimanakan nilaiku? Adakah nilai merahnya? Dapat rangking berapa ya? Kalau nilaiku turun, betapa malu sama orang tua dan teman. Begitulah. Tapi semuanya sungguh berbeda hari ini, saat hari penerimaan rapor anakku di TK. Yang terlihat jelas adalah keceriaan. Semua tersenyum tanpa beban. Acara penerimaan rapor diawali dengan pentas seni. Sulungku ikut berpartisipasi dalam drama musikal "Pasukan Bergajah". Tema ini terkait dengan salah satu hafalan surat yang dipelajarinya di sekolah, yakni surah Al-Fiil. Senangnya, melihat anak-anak yang riang menjadi Raja Abrahah, gajah, dan burung ababil. Lugu dan lucu. Apalagi, soundtrack drama musikal itu adalah lagu favorit si Abang, yang dinyanyikan lebih dari 20 kali sehari selama berbulan-bulan. Saat anak-a

Aku, Lada, dan Cemburu

Perlukah ada cemburu dalam sebuah pernikahan? Sepertinya perlu, menurut saya. Dalam takaran yang pas pastinya. Seumpama peran lada dalam masakan (di luar kue dan puding ato es campur serta teman-temannya). Tidak wajib memang ada lada. Tapi kalau masakan dibubuhi lada, rasanya akan lebih segar. Sensasinya bisa beda. Sedikit saja, tak perlu berlebihan. Kalau berlebihan, malah bisa mengundang penyakit. Begitu pula cemburu, lagi-lagi ini menurut saya. Sedikit cemburu sepertinya bisa membuat hubungan terasa lebih hangat. Kenapa begitu? Ya, saya pikir, pada saat cemburu muncul, secara tak langsung ada perasaan yang dirasakan, tapi mungkin tak terucap. Seperti, aku sayang sama kamu. Kamu itu istri/suamiku yang sah. Aku tak mau kamu berpaling pada yang lain, meski sejenak. Kamu sangat berharga bagiku. Kamu adalah milikku yang cantik/tampan, yang tidak boleh digoda oleh yang lain. Dan seterusnya. Gombal, ya? Tapi senang kan ya, merasa dicemburui karena dicintai? Coba, kalau cemburu nol perse

Rindu untuk Datuk

Lelaki itu pendiam. Sangat pendiam. Hanya sesekali dia bersedia berbicara panjang. Dengan orang tertentu dan pada waktu tertentu saja. Selebihnya, beliau bisa diam dalam waktu yang sangat lama. Mengenal beliau selama kurang-lebih 7 tahun, bisa dihitung dengan jari beliau bicara banyak denganku. Ada dua topik kesukaan beliau: tentang koruptor dan bisnis. Beliau bisa sangat berapi-api jika bicara tentang topik tersebut. Dari seorang yang pendiam, beliau berubah jadi tukang ngobrol. Setelah itu, diam lagi... Tapi, jangan ditanya soal cintanya kepada keluarga. Dari muda, beliau sudah membantu orang tuanya membesarkan dan membiayai adik-adiknya. Bekerja keras menjadi pedagang kaki lima, jauh dari kampung halaman. Tak heran, di mata adik-adiknya, beliau adalah pahlawan. Untuk anak-anak dan istri tersayang? Itu apalagi. Beliau punya cara sendiri mencintai mereka. Bukan dengan kalimat "aku sayang kamu". Dengan tangan dingin, beliau membesarkan mereka. Mencukupi apa yang seharusnya.

Semoga Semakin Cinta

1 Juni 2007 - 1 Juni 2013..... Masih seumur jagung, kalau orang bilang. Baru permulaan untuk sebuah langkah panjang, begitu kata orang tua. Bagi saya, meski masih sangat muda, perjalanan bernama pernikahan ini sudah dipenuhi dengan warna-warni. Warna-warni itu ada kalanya indah bak pelangi, hingga membuat hati berbunga-bunda. Namun, ada waktunya warna-warni itu justru membuat sudut hati terluka. Tentu saja harus seperti itu. Bukankah selalu ada dua sisi mata uang? Ada terang, ada gelap. Ada senang, ada susah. Begitulah... Bisa dibayangkan, dua orang yang awalnya sama sekali tak kenal, lalu menjadi kenal, terus saling jatuh cinta. Hingga akhirnya sepakat untuk mengikat janji di hadapan Allah. Lalu dimulailah babak kehidupan baru. Setahun pertama adalah hari-hari berdua saja. Masih berasa madu, sangat madu. Sesekali muncul masalah, tapi masih ringan (atau dianggap ringan). Banyak maklum yang muncul. Maklum, baru menikah. Maklum, masih muda. Maklum, baru membina rumah tangga. Maklum, b