Posts

Pulang Kampuang (3)

 Barayo di Kampuang Kito Akhirnya, dengan kasih sayang Allah, kami bisa berkumpul di rumah Ibu. Sebutan rumah Ibu lazim disematkan untuk menyebut rumah orang tua. Meski pemiliknya adalah Bapak dan Ibu, tetap saja lebih sering disebut di rumah Ibu. Mungkinkah karena matriakat sekali orang kampung kami? ๐Ÿ˜„๐Ÿ˜„๐Ÿ˜„ Bertemu nenek dan atuknya anak-anak sungguh karunia tak terkira. Mencium tangan mereka, memeluk tubuh mereka, melihat langsung senyum kebahagian mereka, mendengar cerewetnya mereka, menikmati naik-turun mood mereka๐Ÿ˜„๐Ÿ˜„๐Ÿ˜„. Ditambah si bungsu sholehah yang selalu setia menemani orang tua kami. Semoga Allah selalu merahmati hidupmu, Adiak Uni sayang❤️. Plus keluarga Adek dari Palembang. Belum lengkap sebenarnya. Masih menunggu adek yang masih di Pekanbaru yang baru akan pulang setelah sholat Ied. Setelah sekian lama, kembali menikmati berbuka puasa di kampuang halaman. Senangnya tak terkira. Buka puasa pertama Ramadhan tahun ini di rumah Amak (nenek kami aka ayeknya anak-anak). Kumpul

Pulang Kampuang (2)

 Pulutan, Kami Datang! Pulang barayo kali ini benar-benar dipenuhi semangat membara. Sudah lama tak merasakan suasana Rayo di Ranah Minang. Sudah terhitung tujuh kali Rayo. Jadi, ayuk kita pulang๐Ÿ˜„๐Ÿ˜„๐Ÿ˜„๐Ÿ’ช๐Ÿ’ช.  Yang mau cari info soal persiapan mudik, monggo baca tulisan sebelumnya, ya๐Ÿ‘ Perjalanan pulang kampuang kami dimulai dari Depok. InsyaAllaah bakal menjalani ribuan kilometer menuju Ranah Minang, kampuang tacinto. Setelah buka puasa, kami langsung cuss menuju Merak. Lalu-lintas ramai tapi lancar. Karena mungkin masih jauh dari Hari Rayo. Di tol sebelum sampai ke Merak, jangan lupa beli tiket online di Ferizy.  Ada pengisian data yang butuh ketelitian. Kalau salah dan harus diulang, lumayan nyebelin. Data sudah vaksin atau belum juga sudah terlihat. Kalau pun sudah vaksin tapi tidak keluar datanya, tenang saja. Bisa ditambah keterangan manual. Anak-anak di atas 3 tahun sudah terhitung dewasa. Pas sampai di Merak, senangnya melihat kapal sedang menurunkan penumpang. Artinya kami baka

Pulang Kampuang (1)

 Kami Pulang! Pulang kampuang kali ini benar-benar istimewa. Setelah tujuh kali Hari Rayo berlalu, baru sekarang kami kembali pulang ke Ranah Minang. Biasanya mudik pada saat libur sekolah akhir tahun. Meski mudik kapan saja selalu istimewa dan berkesan, tapi pulang saat Rayo sangat spesial.  Tahu tidak, pulang ke Pulau Sumatera itu butuh persiapan lahir-batin. Apalagi kalau memilih perjalanan darat. Luar biasa. Bukan hanya akan menguras fulus๐Ÿ˜„๐Ÿ˜„, fisik pun akan sangat teruji. Terlebih jika menggunakan kendaraan sendiri. Kenapa memilih capek-capek bermobil ke Sumatera? Jawaban pertamanya jelas soal penghematan๐Ÿ˜. Pulang dengan anggota seabrek seperti saya tentu saja butuh perhitungan. Dan jalur darat adalah pilihan yang masuk akal. Kedua, pulang dengan membawa kendaraan akan memudahkan mobilitas di kampung. Ketiga, alasan yang saya karang sendiri, perjalanan via darat mirip makan sambel setan. Kapok, tapi nagih. Saya tidak pandai menjelaskan dengan terang. Yang tahu rasanya, pasti pah

Semoga Nanti, Masih Ada Kapal ke Padang

Image
Bismillaah Rezeki akhir tahun 2019. Bisa bertemu keponakan baru. Naima Tsabita Sahza. Semoga Allaah selalu merahmatimu, Cinta... Menyeberang ke Pulau Sumatera akhir tahun ini agak mendebarkan. Tahun lalu, di bulan yang sama, bisa pulang dan berkumpul di rumah ibu. Indahnyo. Dan ternyata tahun ini diberikan kesempatan berkumpul kembali, meski belum lengkap anggotanya, di Palembang. Dan perjalanan pun setengah perjalanan ke Payakumbuh. Setahun lalu, pas balik ke Pulau Jawa, "dihantui" tsunami Anyer dan Pandeglang. Penyeberangan Merak-Bakauheni yang normalnya sekitar dua jam harus dijalani selama 6 jam. 4 jam tambahan itu adalah waktu untuk kapal mengapung dan parkir di tengah laut karena cuaca yang masih ekstrim dan gelombang laut tinggi. Saat itu sempat membatin, mungkin akan butuh waktu lama lagi untuk mengumpulkan keberanian menyeberang lalu lagi. Apa daya, rasa rindu merajai rasa takut. Dan, inilah kami. Menyeberang kembali ke Pul

Kuntum-kuntum Segar di Tajur

Image
Ada yang lagi di Bogor? Jangan lupa mampir ke tempat ini, ya. Kuntum Farm Field namanya. Ini adalah salah satu tempat wisata peternakan dan kebun yang oke. Lokasinya di Tajur, nggak jauh dari jalan raya. Masih dekat dengan deretan toko-toko tas. Sudah lama dengar soal tempat yang satu ini. Tapi baru kesampaian sekarang jalan-jalannya. Alhamdulillaah. Tiket masuk per orang Rp 30 ribu. Pas masuk, pengunjung dianjurkan memakai caping bambu yang sudah disediakan. Ini buat persiapan biar tidak terlalu kepanasan. Nggak pakai juga nggak apa-apa sih hehe. Tapi mending pakai, ya. Bogor memang terkenal sebagai Kota Hujan dan cenderung sering mendung. Tapi kalau lagi panas mah, tetap saja berasa panas dong. Jadi buat safety (ciee safety), pakai caping ajalah. Nah, bagian pertama yang bisa dilihat adalah deretan kolam ikan. Ikannya banyak dan besar-besar. Airnya jernih jadi ikan-ikan yang berenang ke sana-sini keliatan jelas. Kalau mau kasih makan juga bisa. Eits, tapi beli dulu ya makan

BERDAMAI DENGAN DIRI

Image
JUDUL BUKU: ULTIMATE HAPPINESS PENULIS: LEE KRAVITZ PENERBIT: KAIFA TAHUN TERBIT: 2011 Saat menapaki kehidupan ini, biasanya kita akan berjalan lurus menghadap ke depan. Sesekali menoleh ke kiri, ke kanan, atau ke samping. Mungkin sekali waktu mendongak ke atas dan menunduk ke bawah. Namun, jangan lupakan. Sekali tempo, melihatlah ke belakang. Kadang di belakang sana ada cerita yang tertinggal lalu meninggalkan jejak yang tak mungkin dihapus. Cermati jejak itu. Siapa tahu ada sesuatu yang sangat berguna padanya. Buku ini merupakan sepenggal kisah perjalanan seorang laki-laki memaknai hidupnya “lagi”, setelah cobaan besar menderanya. Setelah diberhentikan dari pekerjaannya, penulis yang bernama Lee Kravitz ini baru menyadari bahwa ada yang telah hilang dan jauh selama ini. dia merasa hampa karena ternyata selama ini banyak urusan “yang tertunda”, yang terlupakan. Dan sekarang, dia akan mencoba menuntaskan semuanya. Dia membuat semacam daftar orang dari masa lalunya, yang se

MENJEMPUT REZEKI

Image
Judul buku: 13 Top Secrets Pembuka Pintu Rezeki Pengarang: Reza M. Syarief Penerbit: Qultum Media Cetakan: Kedua, Juni 2012 Pertama kali mendengar judul buku ini, saya tersenyum sendiri. Menarik, soalnya. Kenapa? Pertama, angka 13 itu angka yang lazim dihindari orang dengan alasan yang saya sendiri tak paham. Berbagai julukan aneh disematkan pada angka ini. Saking antipati pada angka ini, ada pemilik gedung yang sengaja tidak membuat tombol angka 13 di lift dan menggantinya dengan 12a atau dari 12 langsung ke angka 14. Soal alasannya, jangan tanya saya. Saya tidak tahu. Tapi, untungnya, saya bukan salah satu dari mereka. Angka 13, selain bentuk angkanya, sama saja dengan angka lainnya. Terlebih, salah satu orang yang sangat saya sayangi di dunia ini lahir tepat pada angka itu. Kedua, frase pembuka pintu rezeki ini menjadi daya tarik sendiri, menurut saya. Karena, apa pun bahasan soal rezeki, sepertinya menarik dan sangat patut dibaca. Jadi, dari sisi judul saja, buku ini seola