BERDAMAI DENGAN DIRI





JUDUL BUKU: ULTIMATE HAPPINESS
PENULIS: LEE KRAVITZ
PENERBIT: KAIFA
TAHUN TERBIT: 2011

Saat menapaki kehidupan ini, biasanya kita akan berjalan lurus menghadap ke depan. Sesekali menoleh ke kiri, ke kanan, atau ke samping. Mungkin sekali waktu mendongak ke atas dan menunduk ke bawah. Namun, jangan lupakan. Sekali tempo, melihatlah ke belakang. Kadang di belakang sana ada cerita yang tertinggal lalu meninggalkan jejak yang tak mungkin dihapus. Cermati jejak itu. Siapa tahu ada sesuatu yang sangat berguna padanya.

Buku ini merupakan sepenggal kisah perjalanan seorang laki-laki memaknai hidupnya “lagi”, setelah cobaan besar menderanya. Setelah diberhentikan dari pekerjaannya, penulis yang bernama Lee Kravitz ini baru menyadari bahwa ada yang telah hilang dan jauh selama ini. dia merasa hampa karena ternyata selama ini banyak urusan “yang tertunda”, yang terlupakan. Dan sekarang, dia akan mencoba menuntaskan semuanya. Dia membuat semacam daftar orang dari masa lalunya, yang sempat dia lupakan selama puluhan tahun. Dalam daftar itu, ada anggota keluarga yang “terbuang”, sahabat baik saat sekolah, sahabat yang tidak terlalu dekat saat menjadi atlet, teman sekolah yang selalu melakukan bullying padanya, teman wanita saat sekolah, ayah dan paman yang terlibat “perang dingin” selama puluhan tahun, nenek yang sudah meninggal, dan seorang bocah Kenya yang pernah dijanjikan sesuatu.

Perjalanannya menemukan kembali orang-orang yang ternyata sangat mempengaruhi hidupnya ini benar-benar memperlihatkan proses perjuangan berdamai dengan apa yang telah terjadi. Masa lalu dengan semua orang yang ada di dalamnya sejatinya bukanlah beban. Merekalah yang secara langsung dan tidak langsung membuat kita yang seperti sekarang ini. Orang-orang baik yang memberi semangat dalam hidup kita adalah pihak yang membuat kita tumbuh optimis dan bersemangat. Orang-orang “jahat” yang pernah masuk ke dalam hidup kita adalah pihak yang membuat kita tumbuh kuat dan waspada. Masalah-masalah hidup yang menggayuti kita di masa lalu, bahkan sekarang, sejatinya adalah pembantu terbaik untuk meningkatkan kualitas hidup. Jangan takut untuk menyibak masa lalu. Hadapi, lalu tuntaskan.

Membaca buku ini membuat pikiran saya melayang ke masa lalu saya sendiri, dengan segenap corak bahagia dan sedihnya. Saya pernah memiliki orang-orang baik yang selalu mendukung dan membantu saya. Tapi saya juga pernah “disakiti” oleh orang-orang yang bahkan kadang saya sudah lupa namanya. Di antara orang-orang itu, sangat sedikit yang masih berhubungan dengan saya saat ini. Intinya, sepertinya saya hanya ingin hidup dengan masa kini, bukan dengan masa lalu. Namun, sepertinya itu tidak mungkin. Saya sekarang adalah rentetan masa lalu dan terus bergulir.

Buku ini berhasil mendorong saya untuk mengingat-ingat lagi orang-orang “masa lalu” saya. Betapa perjalanan menemui orang dan menghadapi masa lalu akan mengantarkan pada kekayaan hati tak terkira. Bahasa kerennya, mungkin kita akan dilatih untuk lebih bijak.

“Melalui cobaan dan kesengsaraanlah, kita menemukan kekuatan dalam diri kita dan akan memberikan makna terhadap kehidupan kita.” (halaman 179)

Meski buku ini ditulis oleh seseorang yang keyakinannya berbeda, saya menemukan kalimat yang mirip dengan apa yang saya percayai selama ini.

“Peperangan yang paling penting bagi manusia adalah pertempuran di dalam diri kita sendiri.” (halaman 219)

Buku ini sangat bagus untuk menjadi bahan renungan. Dan buku ini sepertinya butuh perhatian yang agak lebih karena banyak kalimat panjang dan serius, yang kadangkala agak “membosankan”. Saya juga banyak menemukan kutipan ayat dari Alkitab, yang berbeda dengan keyakinan saya. But, hikmah itu berserakan di mana-mana, bukan? Tak salah jika mengambil kebaikan meski dari sumber yang bukan keyakinan kita, menurut saya pribadi. Tampilan fisik buku ini cukup bagus. Hanya, menurut saya, ilustrasi sampul depannya tidak menarik dan kurang menggugah. Tapi, sekali lagi, don’t judge the book by its cover. Lihat dan cermati isinya. Anda akan menemukan kebaikan terhampar di dalamnya. Just find it.

Depok, 28 Mei 2015

Comments

Popular posts from this blog

MENJEMPUT REZEKI

Pulang Kampuang (2)

BUNDA VS AYAH:)