BAHAGIA DISEBUT IBU RUMAH TANGGA



Sebenarnya agak sungkan menulis judul ini. Siapa tahu ini cuma judul penghibur diri. Bisa jadi juga ini tulisan untuk mencoba menerima keadaan yang kadang “susah” diterima. Yup, betul. Ada benarnya dugaan itu. Tapi tentu saja judul ini ada alasannya. Ada argumentasinya. Jadi sudah melalui fit and proper test J
Dulu, saya sangat terluka dengan adanya anggapan bahwa ibu rumah tangga adalah wanita-wanita rumpi yang kelebihan waktu dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Biasanya tingkat pendidikannya juga rendah. Hari-hari hanya di rumah. Pakai daster setiap waktu. Tidak membantu secara finansial. Dan sederet stigma tidak enak lainnya. Kadang, saya bahkan sampai menangis karena pandangan yang sangat tidak adil, menurut saya, ini. 

Tapi sekarang (InsyaAllah seterusnya), saya akan mengatakan saya bahagia menjadi ibu rumah tangga. Soal anggapan negatif orang-orang yang tak bertanggung jawab itu? Ah, saya tak peduli, karena saya bukanlah golongan ibu-ibu seperti yang mereka kira. Saya bahkan tak punya waktu untuk ngerumpi. Soal pendidikan? Saya juga punya ijazah yang menjadikan saya sah pernah melalui pendidikan yang baik secara formal. Tentang daster? Ah, itu kan hanya pakaian praktis yang secara teknis memudahkan untuk menyelesaikan aneka pekerjaan rumah tangga. Soal finansial? Saya bisa menghasilkan uang dari rumah. Dan saya juga menjadi manajer keuangan yang andal dalam mengelola keuangan keluarga. Soal penampilan? Kalau untuk urusan yang satu ini, saya memang tidak terlalu jago. Yang penting rapi, bersih, dan cantik (teteup J ). Jadi, apalagi?

Dan yang lebih membahagiakan adalah saya bisa menjaga anak-anak dan melayani suami langsung di TKP alias dengan tangan sendiri. Menitipkan doa setiap saya menyabuni tubuh-tubuh mungil ketika mandi. Mengharapkan yang terbaik untuk setiap suapan yang masuk ke mulut mereka. Menikmati teriakan dan tangisan saat mereka bereksperimen dengan aneka mainan dan peralatan rumah. Membersihkan bekas cokelat dan sisa krayon yang menempel di mulut dan tangan kecil itu. Menikmati teh manis yang sangat manis yang diracik oleh jagoan. Tertawa bahagia melihat mereka berebutan pisang goreng bikinan bunda saat menanti ayah pulang ke rumah. Bersama-sama cekikikan melihat adek bayi yang mulai bisa mengoceh dan tersenyum. Melihat senyum manis si dia saat saya menyuguhkan susu hangat kala dia pulang kelelahan. Menikmati pemandangan kekasih hati yang terkantuk-kantuk saat bahu dan tangannya dipijat. Merasakan pelukan hangat tanda terima kasih saat saya kelelahan dengan semua aktivitas di rumah. Serta menikmati semiliar momen “mahal” lainnya.

Ah, alangkah tidak bersyukurnya kalau saya mengatakan tidak bahagia. Dengan nikmat sebanyak itu, cukup pantaslah rasanya judul itu ditulis dengan huruf besar. Jadi untuk semua ibu-ibu cantik: yang lagi repot membolak-balik jemuran yang nggak kering-kering, yang lagi berkeringat karena sibuk memasak, yang lagi sibuk di depan laptop sambil menemani si kecil bermain, yang sedang sibuk buka toko di rumah, yang lagi batuk pilek karena kecapekan, ayolaahhhh. Mari kita menjadi lebih bahagia. Allah selalu mencintai kita.

Notes: Dan setiap orang punya cara untuk berbahagia. Tulisan ini dibuat dari sudut pandang saya sebagai ibu rumah tangga. Love for all

Comments

Popular posts from this blog

MENJEMPUT REZEKI

Pulang Kampuang (2)

Semoga Nanti, Masih Ada Kapal ke Padang