Jejak Kecil Mereka


Setiap masuk ke rumah kami, bermacam-macam ekspresi yang ditunjukkan tamu.

"Wah, kok bisa begini rumahnya?"
"Ya, ampun. Penuh banget. Siapa yang bikin nih?"
"Wooaaaa.....keren. pelukisnya pasti si abang dan si adek ya?"
"Duh, ni rumah udah kayak rumah lama banget ya. Dindingnya kepenuhan."
"Bu, emang anak-anaknya nggak pernah dibilangin ya?"
"Yes, ada picasso di rumah ini."
"Nggak apa-apa,bun. Itu public figure yang terkenal itu, rumahnya juga begini."

Hehehe, aku cuma tersenyum, kadang tertawa, terkadang tersenyum kecut, demi mendengar aneka pernyataan para tamuku. Ya, siapa yang tidak ingin berkomentar melihat dinding rumah kami. Mulai dinding di teras rumah sampai dinding kamar penuh dengan aneka gambar dan tulisan. Ada gambar mobil, rumah, kereta, sepeda, orang-orangan, matahari, dan, yang paling banyak, garis atau coretan abstrak yang mungkin cuma bisa dipahami oleh anak-anakku dan pelukis sekelas picasso hehe.

Kenapa kubiarkan saja anak-anak berbuat sesuka hati mereka pada dinding? Ah, sebenarnya sudah beragam cara kutempuh untuk membuat mereka lupa  mencoret dinding. Pernah kutempel kertas karton besar untuk menutupi dinding. Tetap saja mereka memilih untuk menggambar dan menulis di dinding. Sudah berpuluh-puluh buku gambar, mulai yang kecil sampai yang besar, kusediakan untuk mereka. Buku habis dicoret, mereka kembali ke dinding. Kalau teguran? Itu mah hampir setiap saat keluar dari mulutku. Rayuan dengan iming-iming? Itu juga pernah. 

Aku juga tak paham, mengapa dinding begitu menarik bagi mereka. Yang kutahu, dinding rumah kami dari hari ke hari semakin penuh. Awalnya, aku marah lalu mengomeli anak-anak. Ternyata tidak ada gunanya marah dan omelan itu. Tetap saja mereka beraksi. Lalu aku mencoba bersikap persuasif, mereka malah minta izin secara resmi untuk mencoret dinding. Hehehe, bagaimana ini?

Akhirnya, aku dan suami memutuskan untuk membiarkan aksi anak-anak kami. Biarlah mereka berkreasi. Biarlah dinding- dinding rumah itu menjadi jejak kebahagiaan masa kecil mereka. Kami tak ingin mengganggu kebahagiaan kecil itu. Toh, suatu saat dinding-dinding itu bisa dibersihkan lagi. Namun, masa kecil anak-anakku cuma sekali.
We love u, boys..........

Comments

Popular posts from this blog

MENJEMPUT REZEKI

Pulang Kampuang (2)

BUNDA VS AYAH:)