Setelah "bertapa" cukup lama, akhirnya semangat itu keluar lagi. Terima kasih untuk semua orang dan semua benda yang telah membuat Bunda bangkit. Bismillah...
Barayo di Kampuang Kito Akhirnya, dengan kasih sayang Allah, kami bisa berkumpul di rumah Ibu. Sebutan rumah Ibu lazim disematkan untuk menyebut rumah orang tua. Meski pemiliknya adalah Bapak dan Ibu, tetap saja lebih sering disebut di rumah Ibu. Mungkinkah karena matriakat sekali orang kampung kami? πππ Bertemu nenek dan atuknya anak-anak sungguh karunia tak terkira. Mencium tangan mereka, memeluk tubuh mereka, melihat langsung senyum kebahagian mereka, mendengar cerewetnya mereka, menikmati naik-turun mood merekaπππ. Ditambah si bungsu sholehah yang selalu setia menemani orang tua kami. Semoga Allah selalu merahmati hidupmu, Adiak Uni sayang❤️. Plus keluarga Adek dari Palembang. Belum lengkap sebenarnya. Masih menunggu adek yang masih di Pekanbaru yang baru akan pulang setelah sholat Ied. Setelah sekian lama, kembali menikmati berbuka puasa di kampuang halaman. Senangnya tak terkira. Buka puasa pertama Ramadhan tahun ini di rumah Amak (nenek kami aka ayeknya anak-anak). Ku...
Pulutan, Kami Datang! Pulang barayo kali ini benar-benar dipenuhi semangat membara. Sudah lama tak merasakan suasana Rayo di Ranah Minang. Sudah terhitung tujuh kali Rayo. Jadi, ayuk kita pulangππππͺπͺ. Yang mau cari info soal persiapan mudik, monggo baca tulisan sebelumnya, yaπ Perjalanan pulang kampuang kami dimulai dari Depok. InsyaAllaah bakal menjalani ribuan kilometer menuju Ranah Minang, kampuang tacinto. Setelah buka puasa, kami langsung cuss menuju Merak. Lalu-lintas ramai tapi lancar. Karena mungkin masih jauh dari Hari Rayo. Di tol sebelum sampai ke Merak, jangan lupa beli tiket online di Ferizy. Ada pengisian data yang butuh ketelitian. Kalau salah dan harus diulang, lumayan nyebelin. Data sudah vaksin atau belum juga sudah terlihat. Kalau pun sudah vaksin tapi tidak keluar datanya, tenang saja. Bisa ditambah keterangan manual. Anak-anak di atas 3 tahun sudah terhitung dewasa. Pas sampai di Merak, senangnya melihat kapal sedang menurunkan penumpang. Art...
Bismillaah Rezeki akhir tahun 2019. Bisa bertemu keponakan baru. Naima Tsabita Sahza. Semoga Allaah selalu merahmatimu, Cinta... Menyeberang ke Pulau Sumatera akhir tahun ini agak mendebarkan. Tahun lalu, di bulan yang sama, bisa pulang dan berkumpul di rumah ibu. Indahnyo. Dan ternyata tahun ini diberikan kesempatan berkumpul kembali, meski belum lengkap anggotanya, di Palembang. Dan perjalanan pun setengah perjalanan ke Payakumbuh. Setahun lalu, pas balik ke Pulau Jawa, "dihantui" tsunami Anyer dan Pandeglang. Penyeberangan Merak-Bakauheni yang normalnya sekitar dua jam harus dijalani selama 6 jam. 4 jam tambahan itu adalah waktu untuk kapal mengapung dan parkir di tengah laut karena cuaca yang masih ekstrim dan gelombang laut tinggi. Saat itu sempat membatin, mungkin akan butuh waktu lama lagi untuk mengumpulkan keberanian menyeberang lalu lagi. Apa daya, rasa rindu merajai rasa takut. Dan, inilah kami. Menyeberang kembali ke Pul...
Comments