Setelah "bertapa" cukup lama, akhirnya semangat itu keluar lagi. Terima kasih untuk semua orang dan semua benda yang telah membuat Bunda bangkit. Bismillah...
Jadi ibu harus tambah pintar setiap hari. Tambah kreatif, tambah sabar, tambah semangat, tambah kuat. Bagaimana tidak? Di mata buah hati yang imut-imut itu, sang ibu adalah manusia super, yang bisa melakukan hal-hal yang mereka butuhkan. Ada waktunya, si ibu bisa berubah menjadi Handy Manny, si ahli reparasi, yang bisa memperbaiki mainan kesayangan mereka. Lem sana-sini. Selotip kiri-kanan. Atau sekadar untuk mengganti baterai pesawat mainan. Lain waktu, ibu bisa berubah jadi chef dadakan, yang menerima aneka pesanan. Jangan khawatir, pesanan konsumen imut-imut itu tidak sulit kok, cuma kebanyakan variasi saja. Kadang spageti, besok bubur kacang hijau. Sekarang jasuke alias jagung rebus pakai susu dan keju, dua hari lagi puding. Suatu kali minta pisang goreng, lain hari minta dibuatkan martabak mi. Ada saja yang dipesan. Mau tak mau, si ibu pasti jadi bolak-balik mencari resep di internet, majalah, tabloid, atau tukar-tukaran resep dengan tetangga. Intinya, biar jadi superchef, yang d...
Suatu siang di sebuah pusat perbelanjaan di Kemang. Ada pameran mainan Iron Man. Anak-anak berlarian di antara mainan dan replika robot yang sedang booming itu. Tiba-tiba, anakku mengambil sesuatu. Abang: Bun, mau beli ini Bunda: Apa itu, Bang? Abang: Pesawat (Kuperhatikan lebih dekat mainan itu. Pesawat kecil dari bahan plastik. Harganya, 250 ribu.) Bunda: Nggak usah ya, Bang. Harganya mahal banget. Mending uangnya buat yang lain. Abang: Nggak. Maunya ini. Lalu terjadilah peristiwa yang dramatis hehe....Si abang tetap memegang mainannya. Sama sekali tak mau melepaskannya. Aku berusaha meminta dengan cara baik-baik. Pegangannya semakin kencang. Kukeluarkan segala argumentasi yang kuharap bisa menyentuhnya. Dia tetap keukeh. Akhirnya kukeluarkan kalimat penutup: "Bunda nggak mau beliin mainan itu. Harganya mahal. Dan bunda nggak mau beli mainan mahal. Mending kita beli buku aja ya. Sekarang kita makan dulu." Sambil tanganku mengambil mainan itu dari tangannya dengan c...
Barayo di Kampuang Kito Akhirnya, dengan kasih sayang Allah, kami bisa berkumpul di rumah Ibu. Sebutan rumah Ibu lazim disematkan untuk menyebut rumah orang tua. Meski pemiliknya adalah Bapak dan Ibu, tetap saja lebih sering disebut di rumah Ibu. Mungkinkah karena matriakat sekali orang kampung kami? πππ Bertemu nenek dan atuknya anak-anak sungguh karunia tak terkira. Mencium tangan mereka, memeluk tubuh mereka, melihat langsung senyum kebahagian mereka, mendengar cerewetnya mereka, menikmati naik-turun mood merekaπππ. Ditambah si bungsu sholehah yang selalu setia menemani orang tua kami. Semoga Allah selalu merahmati hidupmu, Adiak Uni sayang❤️. Plus keluarga Adek dari Palembang. Belum lengkap sebenarnya. Masih menunggu adek yang masih di Pekanbaru yang baru akan pulang setelah sholat Ied. Setelah sekian lama, kembali menikmati berbuka puasa di kampuang halaman. Senangnya tak terkira. Buka puasa pertama Ramadhan tahun ini di rumah Amak (nenek kami aka ayeknya anak-anak). Ku...
Comments