Menjadi Juara di Antara Kekalahan


Di tengah hiruk-pikuk pekerjaan rumah tangga yang tak berujung, saya mencoba membangun semangat untuk belajar menulis lagi. Dan untuk penyemangat sekaligus pengasah keterampilan menulis, saya mengikuti beberapa lomba penulisan. Tentu saja, saya juga menyimpan harapan bisa memenangi perlombaan itu, minimal salah satu. Saya pikir, mungkin saya akan lebih percaya diri menulis saat tulisan saya menjadi juara. Yah, siapa yang tidak senang saat tulisannya diakui oleh pihak lain.

Ternyata, Allah punya ketetapan sendiri. Tak satu pun tulisan saya yang menang. Sedih? Tentu saja. Patah semangat? Iya. Pesimis? Yup. Dan sederet perasaan negatif lain bermunculan. Begitu burukkah apa yang saya tulis? Mengapa saya tidak diberikan kesempatan menang walau sekali?

Bersyukur, dalam keterpurukan hati itu, saya memiliki seseorang yang menganggap saya adalah juara. Dialah yang terus menyemangati saya agar terus berkarya. Toh, kalah atau menang tidak selalu berkaitan dengan baik atau buruknya karya seseorang. Ada banyak faktor yang mempengaruhi penilaian dalam suatu perlombaan. Dan kadang, faktor itu memang di luar jangkauan kita. Jadi, teruslah berkarya, kata dia.

Ah, sepertinya saya memang harus lebih berusaha keras lagi untuk menata hati. Masih banyak hal yang harus saya pelajari dan pahami. Tetap berusaha dan terus belajar, itu yang harus saya lakukan. Hasilnya? Serahkan saja kepada Sang Maha Pengatur. Bukankah skenario DIA yang paling indah? Tugas saya: menemukan keindahan itu. Syukron untuk suamiku.....suami juara satu ^-^

Comments

Popular posts from this blog

Bangga Padamu, Nak

WARNA-WARNI JAGOANKU