Satu Tubuh, Seribu Indera
Sungguh, sama sekali tak bisa dibantah, menjadi ibu dan sibuk berkutat mengurus keluarga dan rumah membuatku harus belajar secara fisik dan mental. Belajar sabar tak berbatas, belajar melayani, belajar memaklumi, belajar kompromi, belajar menepati komitmen, dan sejuta pelajaran tak terlihat lainnya. Kalau yang sifatnya fisik? Jumlahnya, susah dihitung juga. Dan, yang luar biasa, menurutku, adalah adalah belajar melakukan banyak hal sekaligus dalam satu waktu. Bagaimana tidak? Dalam satu waktu, seorang ibu yang sedang beraktivitas di rumah dituntut untuk melakukan hal lain dalam waktu bersamaan. Betapa ini butuh konsentrasi tingkat tinggi.
Saat sedang sibuk mengaduk-aduk nasi goreng di wajan, mata si ibu bisa saja sedang mengawasi si bayi yang sedang sibuk sendiri dengan mainannya. Lalu pada saat yang sama, telinganya juga harus awas karena si sulung sedang asyik bernyanyi-nyanyi sendiri di atas meja. Lalu tiba-tiba, bisa saja, sang suami minta tolong untuk mengambil sesuatu. Ini masih pada tahap aman. Pada tahap yang lebih rumit, nasi goreng sudah terlalu kering, si kecil menangis karena mainannya yang jatuh dari genggaman, si sulung terpeleset karena terlalu asyik dengan nyanyiannya, dan berderet peristiwa tak terduga lain yang menuntut si ibu untuk cepat tanggap. Tentu bukan hal yang mudah. Menggunakan semua indera dalam waktu yang bersamaan. Dan seorang ibu setiap hari "berlatih" untuk melakukan ini.
Aih, ternyata sekolah bernama kehidupan ini hebat betul. Dan, kelas bernama rumah tangga itu tak kalah hebatnya. Dan, menjadi istri, lalu menjadi ibu, adalah salah satu momentum terbaik untuk meraih prestasi di mata Sang Pencipta kehidupan ini. Semoga....
Comments