Bundaku Idolaku
Jadi ibu harus tambah pintar setiap hari. Tambah kreatif, tambah sabar, tambah semangat, tambah kuat. Bagaimana tidak? Di mata buah hati yang imut-imut itu, sang ibu adalah manusia super, yang bisa melakukan hal-hal yang mereka butuhkan. Ada waktunya, si ibu bisa berubah menjadi Handy Manny, si ahli reparasi, yang bisa memperbaiki mainan kesayangan mereka. Lem sana-sini. Selotip kiri-kanan. Atau sekadar untuk mengganti baterai pesawat mainan.
Lain waktu, ibu bisa berubah jadi chef dadakan, yang menerima aneka pesanan. Jangan khawatir, pesanan konsumen imut-imut itu tidak sulit kok, cuma kebanyakan variasi saja. Kadang spageti, besok bubur kacang hijau. Sekarang jasuke alias jagung rebus pakai susu dan keju, dua hari lagi puding. Suatu kali minta pisang goreng, lain hari minta dibuatkan martabak mi. Ada saja yang dipesan. Mau tak mau, si ibu pasti jadi bolak-balik mencari resep di internet, majalah, tabloid, atau tukar-tukaran resep dengan tetangga. Intinya, biar jadi superchef, yang disayang si kecil.
Yang agak susah itu, kalau bagi saya, adalah menjadi pelukis. Saya bisa jadi panik untuk urusan yang satu ini. Bukan apa-apa, kalau soal gambar-menggambar itu, saya bisa dibilang jauh sekali dari bagus, indah, atau nyeni. Waktu sekolah dulu, nilai menggambar saya berkisar antara 6 dan 7. Tidak lebih. Jadi, kalau si kecil minta dibuatkan gambar sesuatu, saya tarik napas dulu, lalu mulai berlagak seperti pelukis andal. Coret sana-sini. Kasih warna suka-suka. Selesai. Hasilnya, jelek. Itu menurut saya. Menurut si kecil: "wah, bunda hebat, ya." Ciee...
Pernah suatu kali, si Abang datang dengan sebuah kardus bekas makanan. Dia minta dibuatkan Iron Man. Waduh, bagaimana ini? pikir saya. Saya menolak dengan halus dan mengakui bahwa saya tidak bisa membuat mainan seperti yang dia inginkan. Lalu dia bilang: "Kok, Bunda ga bisa? Kan Bunda udah gede. Orang gede bisa bikin Iron Man." Saya nyengir sendiri. Tapi jadi merasa tertantang untuk mencoba, tentu saja dengan kalimat pembuka: "Ntar kalo jelek, ga apa-apa, ya?" Hehe....
Saya coret, bikin garis-garis yang menurut saya mirip robot itu. Lalu digunting-gunting. Jadi deh Iron Man dari kardus. Waktu selesai, saya sedikit khawatir si Abang akan cemberut karena hasilnya yang sama sekali tidak bagus, lagi-lagi ini menurut saya. Menurut Abang: "Wah, Bunda bikinnya keren banget." Lalu, dia berlari-lari untuk show off mainan unik bikinan Bunda.
Aih, bagaimana tidak bahagia kan? Keterampilan yang cuma sedikit itu dihargai sangat besar oleh si imut-imut. Makanya, jadi semakin tertantang untuk rajin belajar dan belajar terus biar tambah pintar. Tambah leluasa untuk berkreasi. Dan yang paling diincar adalah tambah disayang anak-anak, dan suami, tentu saja. ^-^
Comments