Pulang Kampuang (1)
Kami Pulang!
Pulang kampuang kali ini benar-benar istimewa. Setelah tujuh kali Hari Rayo berlalu, baru sekarang kami kembali pulang ke Ranah Minang. Biasanya mudik pada saat libur sekolah akhir tahun. Meski mudik kapan saja selalu istimewa dan berkesan, tapi pulang saat Rayo sangat spesial.
Tahu tidak, pulang ke Pulau Sumatera itu butuh persiapan lahir-batin. Apalagi kalau memilih perjalanan darat. Luar biasa. Bukan hanya akan menguras fulus😄😄, fisik pun akan sangat teruji. Terlebih jika menggunakan kendaraan sendiri. Kenapa memilih capek-capek bermobil ke Sumatera? Jawaban pertamanya jelas soal penghematan😁. Pulang dengan anggota seabrek seperti saya tentu saja butuh perhitungan. Dan jalur darat adalah pilihan yang masuk akal. Kedua, pulang dengan membawa kendaraan akan memudahkan mobilitas di kampung. Ketiga, alasan yang saya karang sendiri, perjalanan via darat mirip makan sambel setan. Kapok, tapi nagih. Saya tidak pandai menjelaskan dengan terang. Yang tahu rasanya, pasti paham😁.
Jadi, biar tour de Sumatera tambah asyik, ada beberapa hal benar-benar harus disiapkan.
1. Fisik. Ini penting sekali. Yang bakal jadi driver atau penumpang harus benar-benar fit. Jangan lupa bawa stok obat-obatan. Terutama bila membawa anak-anak. Kan bisa beli di jalan? Eh, perjalanan darat di Sumatera itu sebagian besar melewati daerah pinggiran, bukan pusat kota. Sebagian besar adalah perkebunan dan kampung. Kadang bisa puluhan kilometer tidak bertemu warung, apalagi yang berjualan obat. Jadi wajib prepare👍.
2. Dana. Ini nih yang jadi fokus banget. Secara apa-apa kan butuh duit. Buat beli bensin, akomodasi di jalan, oleh-oleh, atau sedikit berbagi buat keluarga. Akomodasi di jalan ini banyak cakupannya. Buat makan dan minum, buat bayar tol dan biaya penyeberangan feri, buat jalan-jalan silaturahim dan seterusnya😄. Terusss, beli bensin mirip beli air mineral😁 Tank harus dalam posisi aman terus. Karena dalam perjalanan, jarak antar-pom bensin tak terduga. Dan faktanya, di daerah Sumatera pada beberapa wilayah, sering kehabisan stok. Jadi aware selalu soal isi tank kendaraan, ya. Btw, dananya dalam bentuk cash, ya. Karena atm tak selalu ada. Pembayaran apa pun di sepanjang jalan kebanyakan juga masih dalam bentuk cash. Oya, biaya penyeberangan feri reguler terakhir itu Rp 419 ribu/mobil. Feri eksekutif bedanya sekitar 100 ribu. Jangan lupa pesan tiket kapal via situs Ferizy sekitar dua jam sebelum keberangkatan. Biaya tol Bakauheni-Kramasan Palembang sekitar 330 ribu (panjang tol sekitar 368 km).
3. Pelajari situasi terkini soal jalan yang bakal dilalui. Di Sumatera, ada tiga jalur populer yang dilalui pemudik. Lintas tengah, barat dan timur. Untuk jalur barat, saya belum bisa banyak berkabar. Belum pernah coba soalnya😄 Cuma tahu dari cerita-cerita sahabat. Katanya lintas barat bakal sering berada di jalur pinggir pantai.
Nah, untuk dua jalur lain, ada sedikit info yang bisa saya bagi. Lintas timur dan lintas barat ini punya kelebihan dan kekurangan. Jika dari Bakauheni langsung naik tol hingga tol Kramasan, Palembang, lintas timur adalah jalur terdekat. Kekurangannya, banyak jalan rusak. Mungkin karena jalur yang dilewati truk-truk besar setiap hari, perbaikan jalan jadi tak begitu berarti. Terus, jalur Palembang-Jambi sepertinya pantas dinobatkan sebagai jalan dengan kelokan terbanyak di Indonesia (lebay mode on😁😁). Belokannya sepanjang jalan kenangan. Siap-siap teler dan kresek yang banyak plus minum obat pusing. Kalau pas lewat malam hari, harus ekstrawaspada. Daerah yang saat siang hari terlihat eksotis dengan perkebunan sawit dan karet, saat malam hari bisa berubah menjadi "menakutkan"😄😄😄. Tak ada lampu jalan, tak ada lampu teras di rumah penduduk, warung pun setelah magrib sudah tutup. Jadilah pas malam hari, penerangan hanya mengandalkan lampu kendaraan. Begitulah😁😁😁. Jarak antartempat pengisian bensin jauh. Tempat makan tak banyak. Harus cari tahu spot terdekat yang menjadi tempat singgah yang "layak". Layak dalam artian fasilitasnya all in one. Bisa jadi tempat istirahat, tempat makan, tempat bersih2, dan tempat sholat.
Lintas barat punya kelebihan soal jalanannya. Mulus. Hanya di beberapa titik yang rusak. Itu pun tak seberapa parah. Tempat istirahat lebih banyak. Jalanan naik-turun. Harus ekstrawaspada juga karena jalan yang mulus dan sepi ini sepertinya menggoda pengemudi untuk ngebut sengebut-ngebutnya (tahu kan makna kata ini?😄😄😄). Hanya saja, kalau dari tol Bakauheni, jika turun di Kota Palembang dan harus berbalik arah ke jalur tengah, cukup menghabiskan waktu. Kalau pun turun di Kayu Agung tetap saja harus memutari jalan ke arah tengah. Satu lagi, di jalur tengah ini harus melewati Lahat dan Tebing Tinggi yang agak ditakuti karena jejak ceritanya yang tidak enak. Jadi usahakan melewati jalan ini saat siang. Atau pun kalau harus lewat pas malam hari, usahakan ada temannya yang beriringan kendaraan. Biar lebih tenang🙂.
4. Persiapkan kendaraan. Sebelum berangkat, cek menyeluruh kondisi kendaraan. Mau dipakai untuk perjalanan jauh soalnya. Perlu duit maning itu. Tapi ya gimana? Poin ini penting pake banget. Agar mudik lebih nyaman dan aman. Iya, kan?
5. Persiapan hati. 😄😄😄... Ini penting banget lho ya. Bayangkan, berpuluh-puluh jam melewati ribuan kilometer jalan terperangkap dalam kotak bernama mobil bersama rombongan tersayang dengan segala perangainya. Jadi harus banyak tertawa dan mengisi tangki bahagia. Masalah sepele anggap receh saja. Banyak maklum banyak minum biar tetap waras. Teorinya sih begitu. Prakteknya, coba saja sendiri😄😄😄. Susyahhh...
Begitu ya beberapa hal yang terpikirkan untuk persiapan pulang kampuang alias mudik. Mungkin belum lengkap. Tapi cukuplah penambah info buat yang perlu. Soal keseruan pulang Barayo, di tulisan lain, ya. Nanti ditulis kalau capek mudik udah hilang😄😄😄.
Depok, 11 Mei 2022
Comments