Hari Ibu 2005
Hari Ibu 2005
Hari IbuHanya satu sebab yang membuat saya melupakan hal penting itu yaitu lalai. Biasanya saya selalu ingat hari spesial itu lalu langsung mengucapkan sesuatu buat ibu. Tapi tidak kali ini. Bukannya lupa tapi menunda-nunda hingga akhirnya lupa. Untuk menghukum diri sendiri karena kelalaian tersebut, saya menelepon ibu dua hari setelah Hari Ibu. Percakapan saya awali dengan minta maaf karena mengucapkan selamat tidak persis pada Hari Ibu. Jawaban ibu membuat saya semakin merasa bersalah. Beliau bilang :”Kirain Inda lupa”. Duh....
Mungkin bagi sebagian orang, ini hanyalah perkara kecil. Mengucapkan selamat Hari Ibu, ya apalah artinya. Apalagi tanpa diikuti dengan pemberian atau hadiah. Hanya ucapan selamat. Tapi bagi saya, ini bukan perkara kecil. Besar dan penting malahan. Hari Ibu selalu mengingatkan saya akan salah satu sosok yang sangat berharga dalam hidup saya. Bagi saya, ibu adalah sosok agung yang manusiawi. Agung karena semua cinta dan kasih tulus yang dimilikinya. Manusiawi karena memang ibu adalah manusia biasa dengan semua kelebihan dan kekurangannya.
Dulu (kata orang-orang yang pernah menyaksikan kehidupan masa kecil saya), layaknya bayi kecil, saya begitu merepotkan ibu dengan segala tetek-bengek kebutuhan yang harus dipenuhi. Beliau yang harus bekerja sebagai seorang guru, harus pintar-pintar membagi waktu. Apalagi saat itu, pembantu tidak ada yang bertahan lama. Entah karena apa. Sementara ayah saya bekerja di luar kota dan hanya pulang sebulan atau dua bulan sekali. Untunglah, saat saya bayi, beliau menempati sebuah rumah yang khusus diperuntukkan bagi guru. Jadi, sesekali di sela-sela mengajar, beliau menyempatkan diri untuk menengok saya yang ditinggal sendirian di rumah.
Itu baru cerita di saat anak ibu baru saya seorang. Setelah adik pertama lahir, ibu semakin repot. Apalagi ayah saya masih bekerja di luar kota dan hanya pulang sesekali saja. Itu pun hanya sebentar, sehari paling lama dua hari. Rasanya semakin lengkap apa yang harus ditunaikan ibu. Saat kami, anak-anak beliau, mulai bersekolah, beliau harus menunaikan semakin banyak kewajiban.
Terlalu banyak hal terbaik yang beliau lakukan untuk kami, anak-anaknya. Tidak berlebihan jika rasanya terlalu sedikit kosakata untuk menggambarkan ketabahan beliau. Namun, saya juga tidak menutup mata bahwa dalam perjalanan menunaikan kewajiban itu, kadang beliau tersandung. Entah itu dalam mengucapkan sesuatu yang menyakitkan atau melakukan tindakan yang tidak mengenakkan. Tapi tak sedikit pun hal “buruk” yang beliau ucapkan atau lakukan mengurangi cintanya kepada kami. Saya sangat meyakini itu. Kekurangan pada diri beliau hanyalah bukti bahwa ibu adalah manusia biasa. Sosok baik yang juga tidak terlepas dari yang buruk.
Sampai saat ini, rasanya belum ada sesuatu yang “besar” yang telah saya lakukan buat ibu. Masih terlalu kerdil jika dibandingkan dengan apa yang telah beliau berikan. Namun, saya tidak akan pernah berhenti berdoa yang terbaik untuk ibu tercinta dan berusaha membahagiakan beliau. Jika saat ini belum terwujud, mungkin kelak suatu saat....Semoga Allah mengizinkan.
Velbak, 27des2005, 12.19
Selamat Hari Ibu 22 Desember 2005 buat semua ibu di semesta raya...
Comments