Rapor Ceria Sang Juara
Seru... Hari ini sulungku menerima laporan hasil belajarnya di sekolah. Tapi suasana yang terasa beda sekali dengan waktu diriku menerima rapor dulu. Waktu sekolah dulu, hari penerimaan rapor adalah hari yang sangat mendebarkan. Bagaimanakan nilaiku? Adakah nilai merahnya? Dapat rangking berapa ya? Kalau nilaiku turun, betapa malu sama orang tua dan teman. Begitulah.
Tapi semuanya sungguh berbeda hari ini, saat hari penerimaan rapor anakku di TK. Yang terlihat jelas adalah keceriaan. Semua tersenyum tanpa beban. Acara penerimaan rapor diawali dengan pentas seni. Sulungku ikut berpartisipasi dalam drama musikal "Pasukan Bergajah". Tema ini terkait dengan salah satu hafalan surat yang dipelajarinya di sekolah, yakni surah Al-Fiil. Senangnya, melihat anak-anak yang riang menjadi Raja Abrahah, gajah, dan burung ababil. Lugu dan lucu. Apalagi, soundtrack drama musikal itu adalah lagu favorit si Abang, yang dinyanyikan lebih dari 20 kali sehari selama berbulan-bulan. Saat anak-anak playgroup dan toddler tampil pun tak kalah meriah. Dengan nyanyian dan tarian seadanya, yang membuat penonton gembira. Setelah itu, barulah pembagian rapor.
Jangan bayangkan rapor seperti buku, yang dulu saya terima bertahun-tahun. Rapor anak-anak dikemas dalam kardus bekas minuman yang telah disulap menjadi tas, dengan ornamen lucu hasil karya anak-anak tentunya. Farrel mendapat rapor dengan hiasan puzzle helikopter. Kreatifnya. Di dalamnya ada apa, ya? Sebuah map biru, yang berisi hasil karya anak-anak selama belajar. Gambar-gambar yang sudah diwarnai, karya origami, latihan menulis dan berhitung, plus aneka komentar dari guru. Yang paling kusuka adalah sebuah gambar mulut, yang ditempeli kertas putih berbentuk gigi. Farrel menempelkan gigi-gigi itu dalam jarak yang belum begitu pas dan masih ada yang bolong. Komentar guru di kertas itu: "Wah, Farrel....giginya ompong ya?" Hehehehe.....
Soal penilaian? Ini juga dijamin bikin senang. Dipastikan tak ada angka merah, karena memang tak ada angka-angka. Yang ada adalah bintang-bintang yang bertaburan di kolom-kolom penilaian. Anak-anak mendapatkan penilaian berdasarkan kemandirian dan respons terhadap pelajaran yang diberikan guru. Misal, Farrel sangat bersemangat untuk pelajaran yang berhubungan dengan aktivitas fisik dan musik. Dia juga suka mengulang doa harian dengan bersemangat. Tapi Farrel masih harus terus berlatih untuk belajar berwudhu dan belajar mengekspresikan keinginannya tanpa takut-takut. Setiap orang tua diajak untuk melihat perkembangan anak secara personal dengan cara dipanggil satu per satu.
Terus, Farrel dapat juara berapa? Sama sekali tak ada sistem ranking di sekolahnya. Semua anak dievaluasi secara komprehensif tanpa perlu label juara satu, juara dua, dan seterusnya. Dan ini sudah pas, menurutku. Karena, dengan potensi dan cara yang berbeda-beda, semua anak sebenarnya adalah sang juara. Semoga.....
Add caption |
Comments