Memupuk Cinta Kala Lelap
Ada rutinitas syahdu yang kujalani saat malam semakin larut. Memandangi lekat-lekat tubuh-tubuh mungil, yang terbaring lelah di tempat tidur. Seharian mereka sangat sibuk. Berlari, bermain, berteriak, berkelahi, belajar, menangis, tertawa, berguling-guling. Ah, banyak sekali yang mereka kerjakan. Kini tiba saatnya untuk merebahkan badan dan bermimpi. Dengan mulut yang kadang setengah terbuka, kadang mereka tersenyum dalam tidur. Kadang mengigau, lalu terbangun, lalu tidur lagi. Inilah saatnya aku berkesempatan untuk melihat sepuasnya keadaan mereka. Melihat baret bekas luka karena terbentur tembok atau jatuh saat lari di jalan. Melihat alis mata yang tebal dan rapi terlukis indah dekat mata. Memperhatikan, kalau bisa sekalian membersihkan, kotoran yang mengering di hidung dan telinga. Hehe.....ini dia yang tak bisa kulakukan saat mereka terbangun. Sulit sekali membujuk mereka untuk membersihkan telinga dan hidung. Dengan berbagai alasan, mereka akan menolak telinga dan hidungnya disentuh.
Aih, tubuh mereka tambah panjang. Rambut semakin tebal dan berantakan. Betapa cepat, anak-anakku tumbuh. Betapa cepat waktu menjauh. Ah, jangan sampai lupa mencium mereka sepuasnya saat tidur. Dengan aneka aroma, tentunya. Karena kalau sudah bangun, aku harus berjuang agar bisa memeluk dan menciumi mereka. Lihat baju yang dipakai. Baju kaus dengan gambar idola masing-masing. Saat masih sangat mengidolakan tokoh di baju itu, mereka akan memakai baju yang sama setiap hari. Cuci, kering, setrika, pakai, cuci, kering, setrika, pakai. Kadang tidak perlu disterika. Habis cuci, kering, pakai. Tapi, kalau sudah bosan, baju itu diabaikan saja, meski di depan mata.
Namun, ada yang membuatku sering menitikkan air mata kala mereka lelap. Ketika sudah tak terhitung aku marah, kadang berteriak kesal, kepada mereka. Tak ada sama sekali niat untuk menyakiti mereka dengan ucapan atau tanganku. Sama sekali tidak. Tapi kadang tubuh yang lelah dan hati yang lemah membuatku mendahulukan amarah. Mereka tak lagi terlihat seperti bocah-bocah kecilku yang lucu. Inilah saatnya kupeluk erat tubuh mereka, lalu mengucapkan maaf tak terkira atas ketaksabaranku. Inilah waktunya kuciumi mereka sepenuh jiwa dan berjanji untuk terus memperbaiki diri agar tetap jadi bunda tercinta.
Anak-anakku......... Selamat beristirahat. Semoga Allah berkenan menjadikan Farrel, Fadhlan, Akram menjadi anak-anak yang sholih. Yang mencintai Allah dan Rasul. Mencintai ayah dan bunda serta sesama makhluk-NYA. Moga esok, ketika terbangun, kita semua tetap bahagia dan bertambah bahagia dalam naungan cinta-NYA. Aamiin....
Comments